Sore itu mentari sudah sedikit
menunging namun teriknya masih berasa, waktu diarloji menunjukkan pukul 14.24.
terlihat dua orang penjaga sedang menjaga gedung tersebut, seorang berada di
pos satpam depan pintu masuk dan seorang berada di meja depan pintu masuk
halaman gedung utama tersebut. Ya gedung
sumpah pemuda di jalan salemba raya ini seperti suatu yang sepi ditengah
keramian.
Gue memarkirkan scooter berwarna
metalik di halaman parker gedung tersebut tak lama petugas satpam mengahampiri
memberikan kartu parker, dan kemudian gue membantu orang dibelakang gua buat turun dari scooter,doi dibalut dengan
gaun masa kini sehingga menyulitkannya untuk turun dari scooter, kejadian
tersebut menarik perhatian mereka yang ada di situ. Setelah berhasil turun yang
disambut tawa kecil beberapa orang disitu, doi tertunduk malu yang kemudian dialihkan
dengan mencopot helm dan merapihkan rambut.
“Udah….. gak usah cantik-cantik
dandannya nanti patung yang di dalem pada naksir lagi”, sela gue di tengah
keheningan
“Apaan sih, orang berantakan ini
rambutnya” katrine membalas dengan nada sedikit kesal
“Iya iya, udah ayok masuk, gpl
dah”. Sahut gue yang kemudian diikuti dengan gerak langkah menuju ke penjaga
yang ada di depan gedung.
“Tutup jam berapa pak ? tanya gue
ke petugas”
“Wah biasanya kita tutup jam 3
sore mas”. Jawab petugas dengan singkat
“Wah cocok pak, kita masih boleh
masukkan pak”
“Tentu boleh mas, dari kampus
mana mas ? “
“Hah, saya dari unsoed pak di
purbalingga”
“Ohh iyak soalnya dari pagi
banyak pengunjung yang dari kampus pada berdatengan mas”
“Emang biasanya sehari berapa
yang ngunjungi sini pak ? Tanya gue menyelidik
“Ya tergantung mas, hari ini sih
sekitar 30an pengunjung mas”
“Wtf, museum ditengah keramean
kayak gini di long weekend pula ternyata pengunjungnya ga sampe 25 pasang biji.”
batin gua
“Hmmm, berapa tiket masuknya pak
? ”
“2000 mas”, sambil menyobek tiket
masuk
“Seriusan 2000 pak” , katrine
menyelidik dengan rasa tidak percaya
“Iya mba, emang segitu”
“Lah mahalan 2 batang rokok kamu
bas” ,sahut katrine sambil melirik ke arah gua
“Iya yak”, sambil ngeluarin
dompet buat ngebayar 3 batang rokok eh salah tiket masuk museum
Setelah menerima tiket masuk kita
pun beranjak ingin masuk namun bapaknya memanggil
“Mas,mba ini paduannya”
“Oh makasih pak”, jawab kami
serempak
“udah bayar 2rb dapet paduan juga
lagi” gerutu bintang
Langkah kaki kita berjalan menuju
kepada pintu yang tingginya kira kira 2,5 Meter dengan cat berwarna hijau yang
tertutup rapat, gua pun mencoba membuka pintu itu namun rasanya berat
“Bisa kaga bukanya ?, masa
ngebuka pintu aja kaga bisa apalagi ngebuka yang laen” . terdengar suara
bintang ngeledek
“Bisa bisa kok, buka yang laen
juga jago hahaha “
Pintu pun gua dorong dengan rada
pake tenaga dikit dan akhirnya kebuka, kita berdua pun masuk
Nah udah kebukan nih ayok masuk,
anggap aja rumah sendiri, canda gua ke bintang
“Yeee gaje dah”
Kami pun masuk keruangan
berukuran sekitar 3x2M yang berisi meja bundar dengan beberapa kursi bercat
coklat dengan dua pintu yang menuju ke dua ruangan yang berbeda,akhirnya kami
pun memilih ruangan pintu yang kiri
Diruangan ini terdapat beberapa
bendera dan panji organisasi yang ada pada kala itu serta beberapa patung tokoh
yang mengikuti sidan, bertapa terkejutnya kami ketika melihat dua anak berusia
sekitar 10 tahun sedang tergeletak menulis di lantai
“Lah tong ngapain tong ?” Tanya
gua ke kedua bocah tersebut
“Lagi ngerjain tugas bang,
dikasih PR dari guru buat nyatet biografi tokoh bang”
“Syet dah rajin banget tong,
emang lu pada pada sekolah dimana ?”
“Di SD deket sini bang”, jawab
dia sambil asik nulis
“Yaudeh yang semangat ngerjainnya
tong”
Gua pun menggandeng tangan
bintang untuk beranjak ke ruangan sebelah. Kami pun tiba di ruangan sebelahnya
dimana terdapat patung-patung yang menggambarkan jalannya sidang waktu itu,
serta terdapat di dinding hasil sidang sumpah pemuda
“Mirip yak aku sama pak soekarno
?” Tanya gua ke bintang
“Iyaelah biar cuma patung juga
masih gantengan pak karno.” jawab
bintang mengejek
“Hehe kali aja gitu gantengan aku”
“Fotoin aku dong, pinta bintang
sambil mengulurkan handphonenya dan berdiri di depan tulisan sumpah pemuda”
Guapun mengambil hpnya lalu
mengambil gambarnya
Terdengar suara keramaian di
halaman tengah, nampaknya banyak mahasiswa yang lagi ngumpul disitu sembari
rapat atau ngerjain tugas, kamipun lanjut keruanfg berikutnya
Diruang itu terdapat sebuah
patung yang sedangt berdiri membaca Koran, aku dan bintang pun berpose bersama
patung tersebut
“Ini bapak gak pegel apa yak baca
Koran sambil berdiri begini”, Tanya bintang
“Mungkin dia pake balsam yang
panas di pantatnya jadi gak bisa duduk”, jawab aku yang diikuti ketawa kami
berdua
“Yuk lanjut”
kembali kami melanjutkan ke ruangan berikutnya
karena memang waktu museum yang mau tutup.
Diruangan berikutnya kami melihat
biola W.R supratman yang dipajang dan ada beberapa naskah lagu Indonesia Raya
yang asli.Gua dan bintang menatap tulisan, tangan gua melingkar memeluk bintang
dari belakang, kami pun bersama menyayikan lagu tersebut namun gua menyanyikan
versi aslinya dan bintang menyanyikan lagu versi yang kita kenal.
“aku pengen deh punya anak
namanya Rudolf”, sahut gua setelah selesai menyanyikan lagu tersebut yang gua
tujukan perkataan itu kepada bintang
“masa namanya gak ada kesan Indonesia-nya”, jawab bintang
“lah terserah aku dong . emang
kamu ibunya ?” , lagian kan ada unsur indonesianya, itu yang nyiptain lagu Indonesia
raya
“iyadeh iyak”, jawabnya kesal dan
disambut tawa dariku
“aku pengen jadi generasi muda
yang membawa perubahan bagi bangsa Indonesia nantinya, aku merasa bahwa masa
depan bangsa ini ada di tangan kita para pemuda”, sahutku dengan nada sedikit
serius
“hmmm tumben bijak omongannya”
“hehe, dengan peduli kepada hal
kecil kayak ngunjungin museum yang penuh sejarah para pemuda ini kita
diingatkan bahwa dulu perjuangan pemuda yang mengantarkan kita sampe ke
semerdeka ini”
“siap bos, anaknya siapa sih kamu
kok bijaknya gak abis abis ?” Tanya bintang dengan nada heran mengejek
“tau nih kesambet setan dari mana”
“tapi iya yak, saying museum yang
banyak member pengetahuannya kayak gini malah jarang dikunjungin anak mudanya,
padahal tiket masuknya Cuma 2rb rupiah”
“nah gantian kamu yang kesambet”
“kami pun tertawa”
“nanti kalo aku jadi presiden Indonesia,
kamu mau jadi ibu negaranya ?” tanyaku dengan nada yang sedikit serius
namu tiba tiba penjaga gedung
museum sumpah pemuda pun masuk dan member tau bahwa museum ingin tutup lalu
kami pun segera beranjak keluar dari museum, yang ada di benak gua saati keluar
dari gedung tersebut semoga museum sumpah pemuda banyak yang ngunjungin walau
sekedar bermain mengisi waktu luang atau mengerjakan tugas tugas karena memang
di museum tersebut ada taman yang menunjang kegiatan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar