Senin, 26 Oktober 2015

Romantisme Yang tak seharusnya

Sore itu mentari sudah sedikit menunging namun teriknya masih berasa, waktu diarloji menunjukkan pukul 14.24. terlihat dua orang penjaga sedang menjaga gedung tersebut, seorang berada di pos satpam depan pintu masuk dan seorang berada di meja depan pintu masuk halaman gedung utama  tersebut. Ya gedung sumpah pemuda di jalan salemba raya ini seperti suatu yang sepi ditengah keramian.
Gue memarkirkan scooter berwarna metalik di halaman parker gedung tersebut tak lama petugas satpam mengahampiri memberikan kartu parker, dan kemudian gue membantu orang dibelakang gua  buat turun dari scooter,doi dibalut dengan gaun masa kini sehingga menyulitkannya untuk turun dari scooter, kejadian tersebut menarik perhatian mereka yang ada di situ. Setelah berhasil turun yang disambut tawa kecil beberapa orang disitu, doi tertunduk malu yang kemudian dialihkan dengan mencopot helm dan merapihkan rambut.  
“Udah….. gak usah cantik-cantik dandannya nanti patung yang di dalem pada naksir lagi”, sela gue di tengah keheningan
“Apaan sih, orang berantakan ini rambutnya” katrine membalas dengan nada sedikit kesal
“Iya iya, udah ayok masuk, gpl dah”. Sahut gue yang kemudian diikuti dengan gerak langkah menuju ke penjaga yang ada di depan gedung.
“Tutup jam berapa pak ? tanya gue ke petugas”
“Wah biasanya kita tutup jam 3 sore mas”. Jawab petugas dengan singkat
“Wah cocok pak, kita masih boleh masukkan pak”
“Tentu boleh mas, dari kampus mana mas ? “
“Hah, saya dari unsoed pak di purbalingga”
“Ohh iyak soalnya dari pagi banyak pengunjung yang dari kampus pada berdatengan mas”
“Emang biasanya sehari berapa yang ngunjungi sini pak ? Tanya gue menyelidik
“Ya tergantung mas, hari ini sih sekitar 30an pengunjung mas”
“Wtf, museum ditengah keramean kayak gini di long weekend pula ternyata pengunjungnya ga sampe 25 pasang biji.”  batin gua
“Hmmm, berapa tiket masuknya pak ? ”
“2000 mas”, sambil menyobek tiket masuk
“Seriusan 2000 pak” , katrine menyelidik dengan rasa tidak percaya
“Iya mba, emang segitu”
“Lah mahalan 2 batang rokok kamu bas” ,sahut katrine sambil melirik ke arah gua
“Iya yak”, sambil ngeluarin dompet buat ngebayar 3 batang rokok eh salah tiket masuk museum
Setelah menerima tiket masuk kita pun beranjak ingin masuk namun bapaknya memanggil
“Mas,mba ini paduannya”
“Oh makasih pak”, jawab kami serempak
“udah bayar 2rb dapet paduan juga lagi” gerutu bintang
Langkah kaki kita berjalan menuju kepada pintu yang tingginya kira kira 2,5 Meter dengan cat berwarna hijau yang tertutup rapat, gua pun mencoba membuka pintu itu namun rasanya berat
“Bisa kaga bukanya ?, masa ngebuka pintu aja kaga bisa apalagi ngebuka yang laen” . terdengar suara bintang ngeledek
“Bisa bisa kok, buka yang laen juga jago hahaha “
Pintu pun gua dorong dengan rada pake tenaga dikit dan akhirnya kebuka, kita berdua pun masuk
Nah udah kebukan nih ayok masuk, anggap aja rumah sendiri, canda gua ke bintang
“Yeee gaje dah”
Kami pun masuk keruangan berukuran sekitar 3x2M yang berisi meja bundar dengan beberapa kursi bercat coklat dengan dua pintu yang menuju ke dua ruangan yang berbeda,akhirnya kami pun memilih ruangan pintu yang kiri
Diruangan ini terdapat beberapa bendera dan panji organisasi yang ada pada kala itu serta beberapa patung tokoh yang mengikuti sidan, bertapa terkejutnya kami ketika melihat dua anak berusia sekitar 10 tahun sedang tergeletak menulis di lantai
“Lah tong ngapain tong ?” Tanya gua ke kedua bocah tersebut
“Lagi ngerjain tugas bang, dikasih PR dari guru buat nyatet biografi tokoh bang”
“Syet dah rajin banget tong, emang lu pada pada sekolah dimana ?”
“Di SD deket sini bang”, jawab dia sambil asik nulis
“Yaudeh yang semangat ngerjainnya tong”
Gua pun menggandeng tangan bintang untuk beranjak ke ruangan sebelah. Kami pun tiba di ruangan sebelahnya dimana terdapat patung-patung yang menggambarkan jalannya sidang waktu itu, serta terdapat di dinding hasil sidang sumpah pemuda
“Mirip yak aku sama pak soekarno ?” Tanya gua ke bintang
“Iyaelah biar cuma patung juga masih gantengan pak karno.”  jawab bintang mengejek
“Hehe kali aja gitu gantengan aku”
“Fotoin aku dong, pinta bintang sambil mengulurkan handphonenya dan berdiri di depan tulisan sumpah pemuda”
Guapun mengambil hpnya lalu mengambil gambarnya
Terdengar suara keramaian di halaman tengah, nampaknya banyak mahasiswa yang lagi ngumpul disitu sembari rapat atau ngerjain tugas, kamipun lanjut keruanfg berikutnya
Diruang itu terdapat sebuah patung yang sedangt berdiri membaca Koran, aku dan bintang pun berpose bersama patung tersebut
“Ini bapak gak pegel apa yak baca Koran sambil berdiri begini”, Tanya bintang
“Mungkin dia pake balsam yang panas di pantatnya jadi gak bisa duduk”, jawab aku yang diikuti ketawa kami berdua
“Yuk lanjut”
 kembali kami melanjutkan ke ruangan berikutnya karena memang waktu museum yang mau tutup.
Diruangan berikutnya kami melihat biola W.R supratman yang dipajang dan ada beberapa naskah lagu Indonesia Raya yang asli.Gua dan bintang menatap tulisan, tangan gua melingkar memeluk bintang dari belakang, kami pun bersama menyayikan lagu tersebut namun gua menyanyikan versi aslinya dan bintang menyanyikan lagu versi yang kita kenal.
“aku pengen deh punya anak namanya Rudolf”, sahut gua setelah selesai menyanyikan lagu tersebut yang gua tujukan perkataan itu kepada bintang
“masa namanya gak ada  kesan Indonesia-nya”, jawab bintang
“lah terserah aku dong . emang kamu ibunya ?” , lagian kan ada unsur indonesianya, itu yang nyiptain lagu Indonesia raya
“iyadeh iyak”, jawabnya kesal dan disambut tawa dariku
“aku pengen jadi generasi muda yang membawa perubahan bagi bangsa Indonesia nantinya, aku merasa bahwa masa depan bangsa ini ada di tangan kita para pemuda”, sahutku dengan nada sedikit serius
“hmmm tumben bijak omongannya”
“hehe, dengan peduli kepada hal kecil kayak ngunjungin museum yang penuh sejarah para pemuda ini kita diingatkan bahwa dulu perjuangan pemuda yang mengantarkan kita sampe ke semerdeka ini”
“siap bos, anaknya siapa sih kamu kok bijaknya gak abis abis ?” Tanya bintang dengan nada heran mengejek
“tau nih kesambet setan dari mana”
“tapi iya yak, saying museum yang banyak member pengetahuannya kayak gini malah jarang dikunjungin anak mudanya, padahal tiket masuknya Cuma 2rb rupiah”
“nah gantian kamu yang kesambet”
“kami pun tertawa”
“nanti kalo aku jadi presiden Indonesia, kamu mau jadi ibu negaranya ?” tanyaku dengan nada yang sedikit serius

namu tiba tiba penjaga gedung museum sumpah pemuda pun masuk dan member tau bahwa museum ingin tutup lalu kami pun segera beranjak keluar dari museum, yang ada di benak gua saati keluar dari gedung tersebut semoga museum sumpah pemuda banyak yang ngunjungin walau sekedar bermain mengisi waktu luang atau mengerjakan tugas tugas karena memang di museum tersebut ada taman yang menunjang kegiatan itu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar